Selasa, 09 Juni 2009

"Shodaqoh"

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

Hadits-hadits Rasul Saw tentang Jenis-jenis Shodaqoh dan Fadlilahnya

# Memberi Nafkah pada Keluarga
1. Dari Sa’id bin Abi Waqqash rs, bahwasannya Nabi Saw bersabda: “Tidak ada nafkah yang engkau nafkahkan dalam rangka mengharap wajah Allaah, kecuali Allaah akan memberinya pahala, meski hanya satu suap yang engkau masukkan ke mulut istrimu.” (HR. Bukhari dan Muslim

2. Dari Abi Mas’ud Al-Badri, bahwasannya Nabi Saw bersabda: “Apabila seorang muslim memberi nafkah kepada keluarganya karena Allaah, maka pahala nafkahnya itu sama dengan pahala shodaqoh.” (HR. Muslim)

3. Dari Muqaddim bin Ma’di Karb. Bahwasannya Nabi Saw bersabda: “Apa saja yang kamu beri makan kepada istrimu adalah shodaqoh bagimu. Apa saja yang kamu beri makan kepada anakmu adalah shodaqoh bagimu. Apa saja yang kamu beri makan kepada pembantumu adalah shodaqoh bagimu. Dan apa saja yang kamu beri makan untuk dirimu sendiri itu juga shodaqoh bagimu.” (HR. Ahmad dan Thabrani)

# Memberi Bantuan dan pertolongan kepada saudara
1. Dari Abu Hurairah ra bahwasannya Nabi Saw bersabda: “Dan menolong seseorang dari kendaraannya, kemudian membawakannya dan mengangkatkan harta bendanya adalah shodaqoh.” (HR. Syaikhan)

2. Dari Ibnu Abbas ra, bahwasannya Nabi Saw bersabda: “Anak Adam itu memiliki tiga ratus enam puluh persendian (360). Masing-masing dari itu punya nilai shodaqoh dalam setiap harinya. Setiap ucapan yang baik yang dikatakan oleh seseorang adalah shodaqoh. Memberi pertolongan atas sesuatu kepada saudaranya adalah shodaqoh. Minuman yang diberikan adalah shodaqoh. Menyingkirkan sesuatu yang membahayakan di jalan itu adalah shodaqoh.”
  (HR. Ath-Thabrani) 

3.Dari Abi Dzar ra, bahwasannya Nabi Saw bersabda: “Setiap persendian Anak Adam pada pagi hari terdapat shodaqoh. Setiap tasbih adalah shodaqoh, setiap tahmid adalah shodaqoh, setiap tahlil adalah shodaqoh, setiap takbir adalah shodaqoh. Memerintahkan kepada kebaikan adalah shodaqoh, mencegah kemungkaran adalah shodaqoh. Dan mencukupi dari semua itu yakni dua roka’at sholat dluha yang dilakukannya.” (HR. Muslim dan Nasa’i)
 
4. Dari Abi Dzar ra, bahwasannya Nabi Saw bersabda: “Senyummu di hadapan saudaramu adalah shodaqoh. Kamu memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran adalah shodaqoh.” (HR. Bukhari dan Ibnu Hibban)

Marilah saudaraku kita perbanyak shodaqoh kita sesuai dengan kemampuan kita, tapi yang perlu diingat bahwa shodaqoh jangan dipersempit hanya lewat materi saja.

Wallohu-a'lam.

Wassalammu'alaikum wr.wb.

Kemuning

(hadits) "Kerinduan Sayyidina Umar bin Khoththob ra. kepada Rosulullaah Saw"

Kerinduan Umar bin Khoththob ra. kepada Rosulullaah Saw.

Diriwayatkan bahwa pada suatu ketika, setelah Rosulullaah Saw meninggal dunia, terdengar Umar ra. menangisi Beliau, seraya berkata: 
“Demi ayah dan ibuku, wahai Rosulullaah Saw, sebermula ada sebatang pokok kurma yang kau jadikan tumpuan untuk berdiri apabila sedang berkhutbah. Namun manakala khalayak semakin banyak, engkau pun menggunakan sebuah mimbar agar mereka dapat mendengarmu. Maka merintihlah pokok kurma itu karena merasa sedih berpisah denganmu. Lalu kau letakkan tanganmu di atasnya, sehingg ia pun menjadi tenang kembali. Dan sudah barang tentu, umatmu adalah lebih layak untuk merindukanmu, ketika kau berpisah dari mereka.”  
(HR. Bukhori, Muslim, Jabir, dan Ibnu Umar).

“Demi ayah dan ibuku, wahai Rosulullaah, sedemikian besarnya keutamaanmu di sisi Allaah Swt. sehingga Ia menjadikan ketaatan kepadamu sama seperti ketaatan kepada-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya: “Barangsiapa ta’at kepada Rosul, maka sesungguhnya ia ta’at kepada Allaah...” [QS.4.An-Nisa: 80]

“Demi ayah dan ibuku, wahai Rosulullaah; sedemikian besarnya keutamaanmu di sisi Allaah Swt, sehingga Ia membeitahumu tentang kesalahan apa yang sekiranya kau lakukan. Maka Ia pun berfirman: “Sungguh Allaah telah mema’afkan mu; mengapa engkau mengizinkan mereka (untuk tidak ikut pergi berperang)...” [9.At-Taubah: 43]

“Demi ayah dan ibuku, wahai Rosulullaah ; sedemikian besarnya keutamaanu di sisi Allaah Swt; sehingga (meskipun) Ia mengutusmu sebagai Nabi terakhir, namun Ia telah menyebutmu dalam urutan pertama di antara para Nabi. Maka Ia pun berfirman: “...Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari para Nabi; yaitu dari engkau sendiri, dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Mariyam...” [QS.33. Al-Ahzab: 7].

“Demi ayah dan ibuku, wahai Rosulullaah, sedemikian besarnya keutamaanm di sisi Allaah Swt., sehingga para penghuni neraka sangat ingin seandainya mereka dahulu (ketika masih hidup di dunia) tidak memusuhimu, sementara mereka sedang merasakan azab di antara lapisan-lapisan neraka. “Mereka berkata: ‘Alangkah beruntungnya (kami) seandainya dahulu kami ta’at kepada Allaah dan ta’at kepada Rosul....” [QS. 33. Al-Ahzab: 66].

“Demi ayah dan ibuku, wahai Rosulullaah; betapa pun Musa bin ‘Imron telah diberi Allaah sebuah batu yang darinya memancar sejumlah sungai, namun hal itu tidaklah lebih bersifat ajaib, daripada jemarimu yang darinya memancarkan air.” 
(HR. Bukhori dan Muslim dari Annas).

“Demi ayah dan ibuku, wahai Rosulullaah, betapa pun Sulaiman bin Daud telah diberi Allaah angin yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan (biasa) sebulan, dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan pula, namun hal ini tidaklah lebih ajaib daripada Buroq yang – pada peristiwa isro’- telah engkau kendarai (di malam hari) sampai ke langit ketujuh, lalu engkau pulang (pada malam itu juga), Sholawat Allaah atas dirimu.”  
(HR. Muttafaq ‘alaih, dari Annas).

“Demi ayah dan ibuku, wahai Rosulullaah, betapa pun Isa bin Mariyam diberi Allaah kemampuan untuk menghidupkan orang yang telah mati, maka itu tidaklah lebih ajaib daripada - daging domba yang dalam keadaan telah diracuni dan dibakar – langsung berbicara kepadamu dan berkata: ‘Jangan memakanku, sebab aku telah diracuni.’
(HR. Abu Daud, dari Jabir).

“Demi ayah dan ibuku, wahai Rosulullaah, telah berdo’a Nuh as atas kaumnya dengan berkata: ‘Wahai Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal (hidup) di atas bumi.’ [QS. 23. Nuh: 26].
Maka seandainya engkau berdo’a atas kami seperti do’a Nuh kepada umatnya, niscaya kami semua telah binasa. Betapa punggungmu telah diinjak, wajahmu telah dilukai dan gerahammu telah dipatahkan, namun engkau tetap saja tak mau mengucapkan sesuatu selain yang baik-baik saja. (HR. Muttafaq’alaih, dari Sahl ibnu Sa’d). Ketika itu engkau pun berdo’a: “Ya Allaah, ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengerti.” (HR. Al-Baihaqy).”

“Demi ayah dan ibuku, wahai Rosulullaah, seandainya engkau hanya mau bergaul dengan orang-orang tertentu yang sepadan denganmu saja, niscaya engkau takkan mau bergaul dengan kami. Seandainya engkau hanya mau menikahi wanita-wanita yang sepadan denganmu saja, niscaya engkau takkan mau menikahi wanita-wanita dari kalangan kami. Dan seandainya engkau hanya mau makan bersama dengan orang-orang yang sepadan denganmu, niscaya kau takkan mau makan bersama kami. Engkau juga biasa mengenakan pakaian dari bulu domba (HR. Ath-Thoyaalisiy dari Sahl Ibnu Sa’d) , mengendarai keledai, memboncengkan seseorang dari kami (HR. Mottafaq’alaih), meletakkan makananmu di atas lantai (HR. Ahmad, dari Az-Zahl) dan menjilati jemarimu (sesudah makan) - (HR. Muslim, dari Ka’b bin Malik bin Annas), yang kesemuanya itu bersumber dari sikap rendah hatimu. (Semoga Allaah nelimpahkan sholawat-Nya atas dirimu).”

Pernah seorang dari mereka berkata: ‘Sementara aku menulis (catatan tentang) beberapa adits, aku selalu mengiringinya dengan menuliskan sholawat untuk Nabi Saw, tanpa melengkapinya dengan salam untuk beliau. Malamnya ku berjumpa dengan beliau dalam mimpiku, dan beliau berkata: “tidakkah sebaiknya engkau melengkapi sholawat untukku dalam bukumu?” Maka sejak itu, tak pernah aku mengucapkan sholawat kecuali melengkapinya dengan ucapan salam untuk beliau.”

Diriwayatkan dari ‘Abu-l Hasan, katanya: “Aku pernah berjumpa dengan Nabi Saw dalam mimpi, lalu kukatakan kepada beliau: ‘YaRosulullaah, apa kiranya ganjaran bagi Asy-Syafi’i, ketika ia berkhalwat untukmu dalam kutabnya ‘Ar-Risaalah’ dengan ungkapan: ‘Semoga Allaah bersholawat atas Muhamma setiap kali ia disebut oleh para penyebut, dan setiap kali sebutan tentangnya dilalaikan oleh para pelalai?’ Maka Nabiyallaah Saw menjawab: “Karena ucapannya itu, ia dibebaskan dari keharusan menghadapi perhitungan (kisah pada hari ikiamat).” 

Shodakallaahul’adziim
Wassalaammu’alaikum wr.wb.

Kemuning

(hadits) "Keutamaan hari Jum'at"

Keutamaan-keutamaan Hari Jum’at

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya ini adalah merupakan hari yang agung, Allaah mengagungkan Islam dan mengistimewakan orang-orang Islam pada hari Jum’at. Allaah Swt berfirman: “Apabila diseru menunaikan sholat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allaah dan tinggalkanlah jual beli.”  
[QS. Al-Jumu’ah]: 9.  "Allaah mengharamkan sibuk dengan hal-hal dunia dan dengan segala hal yang dapat memalingkan orang dari bersegera ke Jum’atan.”

Nabi Muhammad Saw bersabda: “Barang siapa yang meninggalkan Jum’at tiga kali, dengan tanpa uzur, maka Allaah akan mencap (menutup) hatinya. Dan didalam sebuah lafal yang lain dikatakan, “Maka sungguh dia telah mencampakkan Islam ke belakang punggungnya.”

Ada seorang laki-laki berselisih dengan Ibu Abbas. Dia bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai seorang laki-laki yang mati dan tidak pernah menghadiri Jum’at maupun jama’ah. Ibnu Abbas berkata, “Di dalam neraka.” Lalu tak henti-hentinya laki-laki itu hikir mudik selama sebulan dengan bertanya mengenai itu. Ibnu Abbas tetap berkata, “Di dalam neraka.” DI dalam Al-Khaibar dikatakan, “Sesungguhnya orang-orang yang memiliki dua buah Kitab telah diberi hari Jum’at. Mereka berselisih dan berpaling darinya. Allaah telah menunjukkan kita kepada hari itu, dan Dia mengakhirkannya untuk umat ini serta menjadikannya sebagai hari raya. Jadi, mereka adalah manusia yang paling berhak dengan hari itu lebih dahulu, dan orang-orang yang memiliki dua buah Al-Kitab itu menyusul mereka.”  

Hadis Anas ra. menyebutkan, bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda, “Datanglah Jibril padaku dan di telapak tangannya terdapat cermin yang putih dan berkata, “Ini hari Jum’at, Tuhanmu memfardlukannya kepadamu agar menjadi hari raya bagimu dan bagi umatmu sepeninggalmu.”
Aku berkata, “Lalu apa yang ada bagi kami di hari itu?”
Jibril menjawab, “Kamu memiliki sebuah saat yang paling baik, barangsiapa yang berdo’a dengan kebaikan yang dibagikannya, maka Allaah akan memberinya kebaikan dan tidak ada bagian yang disimpan untuknya yang lebih agung dari itu, atau dia berlindung dari kejelekan yang telah tertulis atas dia, kecuali Allaah akan melindunginya dari yang lebih besar dari itu. Dia adalah pemimpin dari semua hari dan kita akan meyebutnya besok pada hari Akhirat dengan ‘Hari Tambahan’.
Aku bertanya, “Mengapa begitu?” Jibril menjawab, “Sesungguhnya Tuhanmu Azza wa Jalla telah membuat sebuah lembah yang lebih semerbak daripada misik dan juga lebih putih. Lalu apabila datang hari Jum’at, maka Allaah Swt turun dari Illiyin ke atas Kursi-Nya dan melihat kepad mereka, sehingga memandang kepada Zat-Nya yang agung.

Nabi Muhammad Saw bersabda, “Sebaik-baik hari pada terbit matahari adalah hari Jum’at, di hari itu Adam as. Diciptakan, dimasukkan ke surga, diturunkan ke bumi, diterima taubatnya, hari kematiannya dan akan berdiri kiamat. Hari iru di sisi Allaah adalah hari Penambahan. Demikianlah Malaikat-malaikat menyebutnya di langit. Dan juga hari melihat Allaah Swt.”

Dari Ibnu Umar ra. bahwasannya Rosulullaah Saw. bersabda: “Apabila salah seorang di antara kamu sekalian mendatangi sholat Jum’at maka hendaklah ia mandi.” (R-H).

Disebutkan dalam Al-Khaibar, “Sesungguhnya Allaah Azza wa Jala membebaskan enam ratus ribu orang dari neraka setiap hari Jum’at.” 

Di dalam hadits Anas ra. dikatakan, bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Saw bersabda, “Apabila hari Jum’at selamat, maka selamat pula semua hari.”

Juga sabdanya, “Sesungguhnya neraka Jahim itu menyala setiap hari sebelum zawal (matahari tergelincir dari tengah langit), yaitu pada hari istiwa’ (matahari di tengah langit) dalam jantung langit. Maka janganlah kamu sholat saat ini, kecuali hari Jum’at, karena hari itu waktu sholat, dan sesungguhnya Jahanam tidak menyala oada hari itu.” Ka’ab berkata, “Sesungguhnya Allaah Azza wa Jalla telah mengutamakan Makkah di antara beberapa negeri, Ramadlan di antara beberapa bulan, dan Jum’at di antara hari-hari, serta Lailatul Qodar di antara malam-malam.” Dan dikatakan, “Sesungguhnya burung-burung dan bangsa serangga bertemu satu dengan yang lain pada hari Jum’at.” Mereka berkaa, “Selamat, selamat, ini adalah hari yang bagus.” Jum’at atau malam Jum’at, maka ditulislan baginya pahala orang yang mati syahid dan dipelihara dari siksa kubur.”



أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْغُسْلُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِم
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu : ia berkata: Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang balig.” (HR. Bukhori-Muslim).

Nah hal ini yang umumnya kita tidak sadari, bahwa bukan hanya para ikhwan (laki-laki) yang wajib untuk 'mandi besar hari Jum'at', tetapi juga wanita yang sudah baligh.

Diriwayatkan dari Abu Huroiroh ra., Rosulullaah Saw. bersabda, “Kita adalah umat terakhir tetapi yang paling terkemuka di hari Kiamat. Adalah wajib bagi setiap Muslim mandi sehari dalam tujuh hari, dengan membasuh kepalanya dan seluruh tubuhnya.” (HR. Bukhori-Muslim).

Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khuudri ra., Rosulullaah Saw. pernah bersabda: “Mandi pada hari Jum’at adalah wajib bagi setiap Muslim yang telah baligh begitu pula menggosok gigi, dan memakai wewangian jika mendapatkannya.”  
(HR. Bukhori-Muslim) 

Diriwayatkan dari Thoowus ra., aku berkata kepada Ibnu Abbas ra. “Orang-orang menyampaikan kabar bahwa Rosulullaah Saw. pernah bersabda, ‘Mandilah pada hari Jum’at dan keramaslah meskipun kau tidak dalam keadaan junub dan pakailah wewangian.’ Menjawab pertanyaan itu Ibnu Abbas ra. berkata. ‘Aku pernah mendengar perihal mandi itu, tetapi perihal wewangian aku tidak tahu (apakah penting atau tidak).” (HR. Bukhori-Muslim).

Dari Samurah ra. berkata, Rosulullaah Saw bersabda: “Barangsiapa yang wudlu’ pada hari Jum’at maka beruntunglah pada hari itu, dan barangsiapa yang mandi itu lebih baik baginya.” (HR. Abu Daud dan At-Turmudzi). 

Dari Abu Huroiroh ra., bahwasannya Rosulullaah Saw bersabda: “Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at seperti mandi janabah kemudian ia segera pergi (ke masjid dan di sana belum ada orang) maka seakan-akan ia berkurban seekor unta. Barangsiapa yang datang pada saat kedua maka seakan-akan ia berkurban seekor lembu. Barangsiapa yang datang pada kesempatan ketiga, maka seakan-akan ia berkurban seekor domba yang bertanduk. Barangsiapa yang datang pada kesempatan keempat, maka seakan-akan ia berkurban seekor ayam jantan. Dan barangsiapa yang daang pada kesempatan kelima, maka seakan-akan ia berkurban sebutir telur. Apabila sang Imam telah keluar (untuk berkhutbah) maka datanglah para malaikat untuk mendengarkan khutbah itu.” (HR. Bukhori-Muslim)


Dari Aus bin Aus ra. berkata, Rosulullaah Sae. Bersabda: “Sesungguhnya hari yang paling utama adalah hari Jum’at; maka perbanyaklah membaca sholawat untukku pada hari itu karena pembacaan sholawatlah itu pasti disampaikan kepadaku.”  
(HR. Abu Daud).  


Diriwayatkan dari sahabat Anas ra. yang berkata, ‘Rosulullaah Saw bersabda’: “Barang siapa membaca sholawat untukku pada hari Jum’at, maka Allaah akan menunaikan seratus hajatnya. Tujuh puluh hajat akhirat dan tiga puluh hajat dunia. Allaah mewakilkan Malaikat untuk menghaturkan sholawat itu kepadaku. Hingga masuklah ia kepadaku seprti masuknya hadiah-hadiah kepada kamu. Malaikat itu memberitahukan kepadaku nama orang itu, maka kusimpanlah ia pada suatu shohifah yang putih. Kelak, pada hari kiamat, aku akan membelahnya.” 

Ya Allaah, nerilah kami kekuatan untuk bisa mengamalkannya, amiin.

Wassalam.

Kemuning

Kamis, 19 Februari 2009

Takut kepada Allaah Swt

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim,
Assalammu’alaikum wr.wb.

Saudarakuuu ngajiii yuuuk...
Temanya ‘Sudah Takut-kah kita pada Allaah?’ (1)

Dalam sebuah hadits Rosulullaah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allaah Swt telah menciptakan Malaikat dengan memiliki sayap di dunia timur dan sebuah sayap lagi di dunia barat, kepalanya di bawah Arsy dan kedua kakinya di bawah bumi yang ke tujuh, juga mempunyai bulu sebanyak bilangan makhluk allaah Swt. Lalu apabila ada
seorang laki-laki atau perempuan dari umatku mengucapkan sholawat kepadaku, maka Allaah Swt memerintahkan kepada Malaikat itu untuk menyelam ke dalam laut dari cahaya di bawah Arsy. Dari dalam laut, kemudian ia keluar dan mengibaskan sayapnya. Maka meneteslah percikan air dari setiap bulunya, dan Allaah Swt menjadikan setiap percikan air itu ampunan bagi dirinya (orang yang membaca sholawat) sampai hari kiamat.”

Firman Allaah Swt: 
> “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allaah, yakni takutlah kepada Allaah dan ta’atilah. Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Dia ajukan untuk hari esok. Dan bertaqwalah kepada Allaah. Sesungguhnya Allaah maha Mengetahui apa yang kamu perbuat, baik berupa kebaikan atau kejahatan.” 
 [QS. Al-Hasyr] : 18

> Orang mu’min sejati adalah orang yang takut kepada Allaah Swt dengan semua anggota tubuhnya. Seperti apa yang telah dikatakan Abu Laits: “Takut kepada Allaah Swt akan terlihat tanda-tandanya dalam tujuh macam hal,” yaitu:
1. Lidahnya, dia tentu akan mencegah dari berkata bohong, menggunjing, mengadu domba, membual dan perkataan tidak berguna. Lagi pula dia akan menjadikannya sibuk dengan zikir kepada Allaah Swt, membaca al-Qur’an dan memperbincangkan ilmu.
2. Hatinya, dia tentu akan mengeluarkan dari dalamnya peraaan bermusuhan, kebohongan, dan dengki terhadap kawan karena kedengkian akan menghapus segala kebaikan. Seperti apa yang disabdakan Rosulullaah Saw: “Hasad (dengki) menghancurkan kebaikan sebagaimana api menghancurkan kayu bakar.” Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya hasad itu penyakit hati.
3. Penglihatannya, dia tentu tidak akan memandang yang haram, baik makanan, miuman, pakaian, atau yang lain tidak memandang kepada dunia dengan keinginan, akan tetapi dia memandangnya dengan mengambil i’tibar, dan dia tidak akan memandang kepada sesuatu yang tidak halal baginya. Rosulullaah Saw bersabda,: “Barangsiapa yang memenuhi matanya dengan sesuatu yang haram, Allaah Swt akan memenuhi matanya besok hari kiamat dengan api neraka.”
4. Perutnya, dia tidak akan memasukkan sesuatu yang haram ke dalamnya, karena hal itu merupakan dosa besar. Rosulullaah Saw bersabda, “Ketika sesuap dari sesuatu yang haram masuk dalam perut anak Adam, semua malaikat di bumi dan di langit memberi laknat padanya selama suapan itu berada dalam perutnya, dan kalau ia mati dalam keadaan begitu maka tempatnya adalah Jahanam.”
5. Tangannya,dia tidak akan meraih sesuatu yang haram, tetapi meraih sesuatu yang terdapat unsur taat Allaah di dalamnya. Diriwayatkan dari Ka’bil Ahbar, dia berkata: “Sesungguhnya Allaah Swt menciptakan perkampungan dari zabarjad hijau, di dalamnya terdapat seribu rumah, dan di dalam setiap rumah terdapat seribu buah kamar, tidak akan menempatinya kecuali seorang laki-laki yang disodorkan sesuatu yang haram padanya, lalu ia meninggalkannya karena takut pada Allaah Swt.”
6. Telapak kakinya, dia tidak akan berjalan di dalam kemaksiatan kepada Allaah tetapi berjalan di dalam ketaatan pada-Nya dan ridlo-Nya, serta ke arah pergaulan dengan ulama dan orang0orang sholeh.
7. Ketaatannya, dia tentu akan menjadikannya ketaatannya itu murni karena ridlo Allaah Swt dan dia khawatir dan riya’ dan kemunafikan.

Kalau dia telah melakukan semuanya itu, maka dia termasuk orang-orang yang difirmankan Allaah Swt: “Kehidupan akhirat di sisi Tuhan-mu itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” [QS. Az-Zukhruf] : 35
“Sesungguhnya orang-orangyang bertaqwa itu berada dalam taman-taman dan mata air yang mengalir.” [QS. Al-Hijr] : 45 n [QS. Az-Zariyaat] : 15
 “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam surga dan kenikmatan.” [QS. Ath-Thuur] : 17
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam tempat yang aman.”
  [QS. Ad-Dukhan] : 51

Jelas Allaah mengatakan bahwa: ‘Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu akan selamat dari neraka kelak di hari kiamat.’
“Dan Allaah tidak pernah mengingkari janji.”
Dan sudah seharusnya seorang mu’min itu berada di antara kekhawatiran dan harapan. Dia harus mengharapkan rahmat Allaah dan tidak boleh putus asa dari rahmat-Nya. Sebagaimana firman-Nya:
“Janganlah berputus asa dari rahmat Allaah” [QS. Az-Zumar] : 53

Ada sebuah kisah diceritakan bahwa : “Suatu ketika Nabi Daud as sedang duduk di dalam suraunya sambil membaca Kitab Zabur, tiba-tiba beliau melihat seekor ulat merah di tanah. Beliau berkata pada dirinya, ‘Apa yang dikehendaki Allaah dengan ulat ini?’ Lalu Allaah mengizinkan ulat itu untuk mampu berbicara dan berkatalah: ‘Hai Nabi Allaah, apabila siang, Allaah mengilhamkan padaku untuk membaca “Subhanallaah wal hamdulillaah wa laa ilaaha illallaah wallaahu akbar’ setiap hari seribu kali. Dan apabila malam Allaah mengilhamkan padaku untuk membaca ‘Allaahumma sholli ‘ala Muhammad annabiyyil ummiyyi wa ala ‘alihii wa shohbihi wasalliim’ setiap malam seribu kali. Lalu engkau apa yang engkau katakan agar aku bisa mendapatkan faedah darimu?’ Menyesallah Daud as telah meremehkan ulat itu, dia takut kepada Allaah Swt, lalu bertaubat dan berserah diri kepada-Nya.”

“Nabi Ibrahim Al-Khalil as ketika ingat kesalahannya, dia menjadi tidak sadarkan diri dan kegoncangan hatinya terdengar dari jarak satu mil. Allaah mengutus kepada Jibril agar mendatanginya. Jibril berkata kepadanya, ‘Tuhan Yang Maha Perkasa memberi salam untukmu dan berfirman, ‘Apakah engkau melihat seorang kekasih takut kepada kekasihnya?.’ Ibrahim as berkata, ‘Hai Jibril apabila aku mengingat kesalahanku dan aku berfikir tentang siksa-Nya, lupalah aku terhadap hubungan dengan kekasihku.”  

Itulah sifat-sifat para Nabi, Wali, orang sholeh dan orang yang zuhud. Dan marilah kita koreksi diri kita masing-masing, introspeksi, sudahkah kita menjadi orang yang bertaqwa? Apa sebenarnya syarat menjadi orang yang bertaqwa, cukupkah dengan sholat dan saum saja? ‘Hasiibu anfusakum qoblaa an tuhassabu.’ 

Selasa, 10 Februari 2009

Kisah Hikmah

Assalammu’alaikum wr.wb.
Bismillaahir Rohmaanir Rohiim

Kisah tentang isi surat Hasan al-Bashri yang diujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz

> “Sesungguhnya dunia itu negeri perantauan dan bukan negeri yang tetap. Nabi Adam as diturunkan dari surga ke dunia, karena siksaan. Maka takutilah dunia itu, wahai Amirul Mu’minin! Sesungguhnya perbekalan dunia itu mudah lenyap. Kekayaan dunia itu merupakan kemiskinannya. Dunia itu mempunyai pembunuhan. Dunia itu menghina orang yang memuliakannya. Memiskinkan orang yang mengumpulkannya. Dunia itu seperti racun yang diminum oleh orang yang tidak mengenalnya. Di dalamnya ada sesuatu yang mematikannya. Dalam menghadapi dunia itu hendaklah engkau seperti orang yang mengobati lukanya. Ia menjaga yang sedikit, karena takut terhadap yang tidak disukainya pada masa yang panjang. Ia bersabar merasakan pahitnya obat, karena takut lamanya penyakit.”

> “Awaslah akan negeri ini, yang menyalahi janji, yang menipu, yang menyesatkan, yang menghiasi dengan tipuannya dan yang membuat fitnah dengan tipu dayanya. Dunia membuat hal-hal yang sekarang menjadi angan-angan belaka dan membuat untuk masa depan dengan perkataan.. Dunia itu seperti pengantin wanita yang datang kepada suaminya.. Semua mata memandang kepadanya,. Semua jiwa syirik kepadanya, lalu ia tertipu dan durhaka serta lupa akan tempat kembali (hari akhirat). Karena hatinya sibuk dengan dunia, maka tergelincirlah telapak kakinya. Lalu besarlah penyesalannya dan banyaklah kerugiannya. Orang yang gemar pada dunia, tidak akan memperoleh apa yang dicarinya. Tidak akan diperoleh hal yang menyenangkan untuk dirinya setelah susah payah mencarinya . Lalu keluarlah ia tanpa perbekalan, sebagaimana ia datang tanpa persediaan.”

> “Hati-hatilah terhadap dunia, wahai Amirul Mu’minin! Hendaklah ada di antara engkau itu gembira dengan apa yang ada pada engkau!, awasilah diri. Sesungguhnya teman dunia itu, tiap ia tenang dari dunia kepada kegembiraan kegembiraan, niscaya dunia itu menerbitkannya kepada yang disukai. Yang suka pada orang, dunia itu tertipu. Yang bermanfa’at pada dunia itu, menipu dan mendatangkan melarat. Sesungguhnya sampailah kelapangan dari dunia itu dengan bencana. Dan yang kekal dari dunia itu dijadikan kepada kehancuran. Kegembiraan pada dunia itu bercampur baur dengan kesedihan. Tiada kembali daripadanya, apa yang berpaling dan yang membelakangi. Dan tiada diketahui apa yang akan datang, lalu ditungguinya. “
 
> “Cita-cita dunia itu dusta dan angan-angannya itu kosong belaka. Kejerihanya itu keruh, dan kehidupannya itu susah. Dunia berbahaya bagi manusia, kalau ia berakal dan memperhatikan. Maka ia petik hikmah dari bencana itu atau ketakutan. Maka jikalau Kholik tidak membuat suatu contoh perumpamaan bagi dunia, niscaya dunia itu telah membangunkan orang tidur dan memperingatkan orang yang lalai. Bagaimanakah bisa demikian? Sesungguhnya telah datang di dunia dari Allaah seorang pemberi peringatan dan pengajaran. Maka tiadalah dunia itu mempunyai nilai pada sisi Allaah Yang Maha Agung Pujian-Nya. Dan ia tiadalah memandang dari dunia itu, semenjak dijadikan-Nya. Dan sudah ditunjukkan dunia kunci-kunci dan gudang-gudang kepada Nabi anda Saw. Lalu Nabi Saw enggan menerimanya. Karena Beliau Saw tidak suka menyalahi perintah Allaah Swt, atau menyukai yang dibenci oleh Kholiknya, atau meninggikan yang telah direndahkan oleh pemiliknya. Ia singkirkan dunia itu dari orang-orang yang sholeh, sebagai tujuan. Ia bentangkan dunia bagi musuh-musuh-Nya, sebagai tipuan. Lalu disangka oleh orang yang tertipu dengan dunia dan yang menguasai dunia, bahwa ia memperoleh kemuliaan dengan dunia itu. Dan ia lupa apa yang telah diperbuat oleh Allaah Swt dengan Nabi Muhammad Saw ketika ia mengikatkan batu atas perutnya.”

> Telah datang riwayat dari Nabi Muhammad Saw dari Tuhan-Nya (Allaah Swt) ‘Azza Wa Jalla, bahwa Tuhan berfirman kepada Nabi Musa as: “Apabila engkau melihat kekayaan datang kehadapan, maka katakanlah, ‘Selamat datang pertanda orang-orang sholih.’ Dan jika engkau mau, ikutilah Isa Ibnu Mariyam as. Sesungguhnya Nabi Isa as berkata, ‘Santapanku itu ialah lapar, dan pertandaku ialah takut. Pakaianku itu bulu, pemanasan tubuhku pada musim dingin itu adalah berpanas matahari. Lampuku itu bulan, kendaraanku itu kakiku,. Makananku dan buah-buahanku itu, apa yang ditumbuhkan oleh bumi. Aku bermalam dan tidak mempunyai apa-apa. Dan tidak seorang pun di atas bumi, yang lebih kaya daripadaku.”

 

> Orang mu’min itu pemimpin atas dirinya. Sungguh ringanlah amal (hisab) atas suatu kaum yang mengadakan perhitungan atas dirinya sendiri di dunia ini. Dan sesungguhnya sukarlah perhitungan (hisab) pada hari Kiamat atas suatu kaum yang mengambil persoalan ini tanpa muhasabah.

Kisah Hikmah

Rasulullaah dan air matanya yang selalu mengalir karena senantiasa bersyukur

 Diceritakan oleh sahabat Atha’ ra, ia bersama Ibnu Umar dan Ubaid bin ‘Amr, suatu kesempatan datang dan bertamu ke rumah ‘Aisyah. Setelah dipersilahkan masuk dan duduk di tempat yang disediakan, mereka lalu bertanya kepada ‘Aisyah, “Wahai ‘Aisyah, ceritakanlah pada kami hal-hal yang mengagumkan mengenai pribadi Rasulullaah Saw,” ucap Ibnu Umar.
 ‘Aisyah kemudian menjawabnya sambil menangis, “Rasulullaah datang kepadaku (maksudnya: giliran beliau mengunjungi istri-istrinya), lalu bersentuhlah kulitnya dengan kulitku, lalu beliau berkata, ‘Wahai ‘Aisyah, izinkanlah aku beribadah kepada Allaah Swt.’ Jawabku, ‘Sungguh, aku tidak suka dengan hawa nafsuku, bahkan lebih suka ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allaah Swt.’ Maka beliau pun langsung berdiri untuk mengambil air wudlu, dan beliau menangis, lebih banyak dari air yang ia tuangkan untuk berwudlu, kemudian beliau membuka Al-Qur’an sambil menangis hingga air matanya bercucuran jatuh ke tanah.

 “Bahkan ketika Bilal datang, beliau masih dalam keadaan menangis. Bilal berkata kepadanya, ‘Wahai Rasulullaah, demi ayahku, engkau dan ibuku, mengapa engkau menangis, padahal Allaah telah mengampuni dosa-dosamu baik yang terdahulu maupun yang akan datang?’ Rasul menjawab: ‘Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang pandai bersyukur. Dan siapa yang bisa mencegahku untuk menangis, padahal Allaah Swt telah menurunkan ayat berikut yang artinya; “ “ “Sesungguhnya mengenai kejadian langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang menjadi bukti atas kekuasan Allaah bagi mereka yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allaah, baik ketika tegak, duduk, dan di saat berbaring, dan mereka memikirkan kejadian langit dan bumi, sahut mereka, ‘Yaa Rab kami, tidaklah Engkau jadikan ini semua sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.” [QS. Ali Imran (3)], ayat 190-191. Lalu beliau bersabda, “Wahai Bilal, tidak ada yang mampu memadamkan api neraka, kecuali air mata, celakalah orang yang membaca ayat ini, namun tidak memikirkan isi kandungannya.”
Demikianlah, ‘Aisyah menceritakan kepribadian Rasulullaah Saw yang senantiasa menjaga diri dengan rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allaah Swt.