Kamis, 19 Februari 2009

Takut kepada Allaah Swt

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim,
Assalammu’alaikum wr.wb.

Saudarakuuu ngajiii yuuuk...
Temanya ‘Sudah Takut-kah kita pada Allaah?’ (1)

Dalam sebuah hadits Rosulullaah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allaah Swt telah menciptakan Malaikat dengan memiliki sayap di dunia timur dan sebuah sayap lagi di dunia barat, kepalanya di bawah Arsy dan kedua kakinya di bawah bumi yang ke tujuh, juga mempunyai bulu sebanyak bilangan makhluk allaah Swt. Lalu apabila ada
seorang laki-laki atau perempuan dari umatku mengucapkan sholawat kepadaku, maka Allaah Swt memerintahkan kepada Malaikat itu untuk menyelam ke dalam laut dari cahaya di bawah Arsy. Dari dalam laut, kemudian ia keluar dan mengibaskan sayapnya. Maka meneteslah percikan air dari setiap bulunya, dan Allaah Swt menjadikan setiap percikan air itu ampunan bagi dirinya (orang yang membaca sholawat) sampai hari kiamat.”

Firman Allaah Swt: 
> “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allaah, yakni takutlah kepada Allaah dan ta’atilah. Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Dia ajukan untuk hari esok. Dan bertaqwalah kepada Allaah. Sesungguhnya Allaah maha Mengetahui apa yang kamu perbuat, baik berupa kebaikan atau kejahatan.” 
 [QS. Al-Hasyr] : 18

> Orang mu’min sejati adalah orang yang takut kepada Allaah Swt dengan semua anggota tubuhnya. Seperti apa yang telah dikatakan Abu Laits: “Takut kepada Allaah Swt akan terlihat tanda-tandanya dalam tujuh macam hal,” yaitu:
1. Lidahnya, dia tentu akan mencegah dari berkata bohong, menggunjing, mengadu domba, membual dan perkataan tidak berguna. Lagi pula dia akan menjadikannya sibuk dengan zikir kepada Allaah Swt, membaca al-Qur’an dan memperbincangkan ilmu.
2. Hatinya, dia tentu akan mengeluarkan dari dalamnya peraaan bermusuhan, kebohongan, dan dengki terhadap kawan karena kedengkian akan menghapus segala kebaikan. Seperti apa yang disabdakan Rosulullaah Saw: “Hasad (dengki) menghancurkan kebaikan sebagaimana api menghancurkan kayu bakar.” Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya hasad itu penyakit hati.
3. Penglihatannya, dia tentu tidak akan memandang yang haram, baik makanan, miuman, pakaian, atau yang lain tidak memandang kepada dunia dengan keinginan, akan tetapi dia memandangnya dengan mengambil i’tibar, dan dia tidak akan memandang kepada sesuatu yang tidak halal baginya. Rosulullaah Saw bersabda,: “Barangsiapa yang memenuhi matanya dengan sesuatu yang haram, Allaah Swt akan memenuhi matanya besok hari kiamat dengan api neraka.”
4. Perutnya, dia tidak akan memasukkan sesuatu yang haram ke dalamnya, karena hal itu merupakan dosa besar. Rosulullaah Saw bersabda, “Ketika sesuap dari sesuatu yang haram masuk dalam perut anak Adam, semua malaikat di bumi dan di langit memberi laknat padanya selama suapan itu berada dalam perutnya, dan kalau ia mati dalam keadaan begitu maka tempatnya adalah Jahanam.”
5. Tangannya,dia tidak akan meraih sesuatu yang haram, tetapi meraih sesuatu yang terdapat unsur taat Allaah di dalamnya. Diriwayatkan dari Ka’bil Ahbar, dia berkata: “Sesungguhnya Allaah Swt menciptakan perkampungan dari zabarjad hijau, di dalamnya terdapat seribu rumah, dan di dalam setiap rumah terdapat seribu buah kamar, tidak akan menempatinya kecuali seorang laki-laki yang disodorkan sesuatu yang haram padanya, lalu ia meninggalkannya karena takut pada Allaah Swt.”
6. Telapak kakinya, dia tidak akan berjalan di dalam kemaksiatan kepada Allaah tetapi berjalan di dalam ketaatan pada-Nya dan ridlo-Nya, serta ke arah pergaulan dengan ulama dan orang0orang sholeh.
7. Ketaatannya, dia tentu akan menjadikannya ketaatannya itu murni karena ridlo Allaah Swt dan dia khawatir dan riya’ dan kemunafikan.

Kalau dia telah melakukan semuanya itu, maka dia termasuk orang-orang yang difirmankan Allaah Swt: “Kehidupan akhirat di sisi Tuhan-mu itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” [QS. Az-Zukhruf] : 35
“Sesungguhnya orang-orangyang bertaqwa itu berada dalam taman-taman dan mata air yang mengalir.” [QS. Al-Hijr] : 45 n [QS. Az-Zariyaat] : 15
 “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam surga dan kenikmatan.” [QS. Ath-Thuur] : 17
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam tempat yang aman.”
  [QS. Ad-Dukhan] : 51

Jelas Allaah mengatakan bahwa: ‘Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu akan selamat dari neraka kelak di hari kiamat.’
“Dan Allaah tidak pernah mengingkari janji.”
Dan sudah seharusnya seorang mu’min itu berada di antara kekhawatiran dan harapan. Dia harus mengharapkan rahmat Allaah dan tidak boleh putus asa dari rahmat-Nya. Sebagaimana firman-Nya:
“Janganlah berputus asa dari rahmat Allaah” [QS. Az-Zumar] : 53

Ada sebuah kisah diceritakan bahwa : “Suatu ketika Nabi Daud as sedang duduk di dalam suraunya sambil membaca Kitab Zabur, tiba-tiba beliau melihat seekor ulat merah di tanah. Beliau berkata pada dirinya, ‘Apa yang dikehendaki Allaah dengan ulat ini?’ Lalu Allaah mengizinkan ulat itu untuk mampu berbicara dan berkatalah: ‘Hai Nabi Allaah, apabila siang, Allaah mengilhamkan padaku untuk membaca “Subhanallaah wal hamdulillaah wa laa ilaaha illallaah wallaahu akbar’ setiap hari seribu kali. Dan apabila malam Allaah mengilhamkan padaku untuk membaca ‘Allaahumma sholli ‘ala Muhammad annabiyyil ummiyyi wa ala ‘alihii wa shohbihi wasalliim’ setiap malam seribu kali. Lalu engkau apa yang engkau katakan agar aku bisa mendapatkan faedah darimu?’ Menyesallah Daud as telah meremehkan ulat itu, dia takut kepada Allaah Swt, lalu bertaubat dan berserah diri kepada-Nya.”

“Nabi Ibrahim Al-Khalil as ketika ingat kesalahannya, dia menjadi tidak sadarkan diri dan kegoncangan hatinya terdengar dari jarak satu mil. Allaah mengutus kepada Jibril agar mendatanginya. Jibril berkata kepadanya, ‘Tuhan Yang Maha Perkasa memberi salam untukmu dan berfirman, ‘Apakah engkau melihat seorang kekasih takut kepada kekasihnya?.’ Ibrahim as berkata, ‘Hai Jibril apabila aku mengingat kesalahanku dan aku berfikir tentang siksa-Nya, lupalah aku terhadap hubungan dengan kekasihku.”  

Itulah sifat-sifat para Nabi, Wali, orang sholeh dan orang yang zuhud. Dan marilah kita koreksi diri kita masing-masing, introspeksi, sudahkah kita menjadi orang yang bertaqwa? Apa sebenarnya syarat menjadi orang yang bertaqwa, cukupkah dengan sholat dan saum saja? ‘Hasiibu anfusakum qoblaa an tuhassabu.’ 

Selasa, 10 Februari 2009

Kisah Hikmah

Assalammu’alaikum wr.wb.
Bismillaahir Rohmaanir Rohiim

Kisah tentang isi surat Hasan al-Bashri yang diujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz

> “Sesungguhnya dunia itu negeri perantauan dan bukan negeri yang tetap. Nabi Adam as diturunkan dari surga ke dunia, karena siksaan. Maka takutilah dunia itu, wahai Amirul Mu’minin! Sesungguhnya perbekalan dunia itu mudah lenyap. Kekayaan dunia itu merupakan kemiskinannya. Dunia itu mempunyai pembunuhan. Dunia itu menghina orang yang memuliakannya. Memiskinkan orang yang mengumpulkannya. Dunia itu seperti racun yang diminum oleh orang yang tidak mengenalnya. Di dalamnya ada sesuatu yang mematikannya. Dalam menghadapi dunia itu hendaklah engkau seperti orang yang mengobati lukanya. Ia menjaga yang sedikit, karena takut terhadap yang tidak disukainya pada masa yang panjang. Ia bersabar merasakan pahitnya obat, karena takut lamanya penyakit.”

> “Awaslah akan negeri ini, yang menyalahi janji, yang menipu, yang menyesatkan, yang menghiasi dengan tipuannya dan yang membuat fitnah dengan tipu dayanya. Dunia membuat hal-hal yang sekarang menjadi angan-angan belaka dan membuat untuk masa depan dengan perkataan.. Dunia itu seperti pengantin wanita yang datang kepada suaminya.. Semua mata memandang kepadanya,. Semua jiwa syirik kepadanya, lalu ia tertipu dan durhaka serta lupa akan tempat kembali (hari akhirat). Karena hatinya sibuk dengan dunia, maka tergelincirlah telapak kakinya. Lalu besarlah penyesalannya dan banyaklah kerugiannya. Orang yang gemar pada dunia, tidak akan memperoleh apa yang dicarinya. Tidak akan diperoleh hal yang menyenangkan untuk dirinya setelah susah payah mencarinya . Lalu keluarlah ia tanpa perbekalan, sebagaimana ia datang tanpa persediaan.”

> “Hati-hatilah terhadap dunia, wahai Amirul Mu’minin! Hendaklah ada di antara engkau itu gembira dengan apa yang ada pada engkau!, awasilah diri. Sesungguhnya teman dunia itu, tiap ia tenang dari dunia kepada kegembiraan kegembiraan, niscaya dunia itu menerbitkannya kepada yang disukai. Yang suka pada orang, dunia itu tertipu. Yang bermanfa’at pada dunia itu, menipu dan mendatangkan melarat. Sesungguhnya sampailah kelapangan dari dunia itu dengan bencana. Dan yang kekal dari dunia itu dijadikan kepada kehancuran. Kegembiraan pada dunia itu bercampur baur dengan kesedihan. Tiada kembali daripadanya, apa yang berpaling dan yang membelakangi. Dan tiada diketahui apa yang akan datang, lalu ditungguinya. “
 
> “Cita-cita dunia itu dusta dan angan-angannya itu kosong belaka. Kejerihanya itu keruh, dan kehidupannya itu susah. Dunia berbahaya bagi manusia, kalau ia berakal dan memperhatikan. Maka ia petik hikmah dari bencana itu atau ketakutan. Maka jikalau Kholik tidak membuat suatu contoh perumpamaan bagi dunia, niscaya dunia itu telah membangunkan orang tidur dan memperingatkan orang yang lalai. Bagaimanakah bisa demikian? Sesungguhnya telah datang di dunia dari Allaah seorang pemberi peringatan dan pengajaran. Maka tiadalah dunia itu mempunyai nilai pada sisi Allaah Yang Maha Agung Pujian-Nya. Dan ia tiadalah memandang dari dunia itu, semenjak dijadikan-Nya. Dan sudah ditunjukkan dunia kunci-kunci dan gudang-gudang kepada Nabi anda Saw. Lalu Nabi Saw enggan menerimanya. Karena Beliau Saw tidak suka menyalahi perintah Allaah Swt, atau menyukai yang dibenci oleh Kholiknya, atau meninggikan yang telah direndahkan oleh pemiliknya. Ia singkirkan dunia itu dari orang-orang yang sholeh, sebagai tujuan. Ia bentangkan dunia bagi musuh-musuh-Nya, sebagai tipuan. Lalu disangka oleh orang yang tertipu dengan dunia dan yang menguasai dunia, bahwa ia memperoleh kemuliaan dengan dunia itu. Dan ia lupa apa yang telah diperbuat oleh Allaah Swt dengan Nabi Muhammad Saw ketika ia mengikatkan batu atas perutnya.”

> Telah datang riwayat dari Nabi Muhammad Saw dari Tuhan-Nya (Allaah Swt) ‘Azza Wa Jalla, bahwa Tuhan berfirman kepada Nabi Musa as: “Apabila engkau melihat kekayaan datang kehadapan, maka katakanlah, ‘Selamat datang pertanda orang-orang sholih.’ Dan jika engkau mau, ikutilah Isa Ibnu Mariyam as. Sesungguhnya Nabi Isa as berkata, ‘Santapanku itu ialah lapar, dan pertandaku ialah takut. Pakaianku itu bulu, pemanasan tubuhku pada musim dingin itu adalah berpanas matahari. Lampuku itu bulan, kendaraanku itu kakiku,. Makananku dan buah-buahanku itu, apa yang ditumbuhkan oleh bumi. Aku bermalam dan tidak mempunyai apa-apa. Dan tidak seorang pun di atas bumi, yang lebih kaya daripadaku.”

 

> Orang mu’min itu pemimpin atas dirinya. Sungguh ringanlah amal (hisab) atas suatu kaum yang mengadakan perhitungan atas dirinya sendiri di dunia ini. Dan sesungguhnya sukarlah perhitungan (hisab) pada hari Kiamat atas suatu kaum yang mengambil persoalan ini tanpa muhasabah.

Kisah Hikmah

Rasulullaah dan air matanya yang selalu mengalir karena senantiasa bersyukur

 Diceritakan oleh sahabat Atha’ ra, ia bersama Ibnu Umar dan Ubaid bin ‘Amr, suatu kesempatan datang dan bertamu ke rumah ‘Aisyah. Setelah dipersilahkan masuk dan duduk di tempat yang disediakan, mereka lalu bertanya kepada ‘Aisyah, “Wahai ‘Aisyah, ceritakanlah pada kami hal-hal yang mengagumkan mengenai pribadi Rasulullaah Saw,” ucap Ibnu Umar.
 ‘Aisyah kemudian menjawabnya sambil menangis, “Rasulullaah datang kepadaku (maksudnya: giliran beliau mengunjungi istri-istrinya), lalu bersentuhlah kulitnya dengan kulitku, lalu beliau berkata, ‘Wahai ‘Aisyah, izinkanlah aku beribadah kepada Allaah Swt.’ Jawabku, ‘Sungguh, aku tidak suka dengan hawa nafsuku, bahkan lebih suka ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allaah Swt.’ Maka beliau pun langsung berdiri untuk mengambil air wudlu, dan beliau menangis, lebih banyak dari air yang ia tuangkan untuk berwudlu, kemudian beliau membuka Al-Qur’an sambil menangis hingga air matanya bercucuran jatuh ke tanah.

 “Bahkan ketika Bilal datang, beliau masih dalam keadaan menangis. Bilal berkata kepadanya, ‘Wahai Rasulullaah, demi ayahku, engkau dan ibuku, mengapa engkau menangis, padahal Allaah telah mengampuni dosa-dosamu baik yang terdahulu maupun yang akan datang?’ Rasul menjawab: ‘Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang pandai bersyukur. Dan siapa yang bisa mencegahku untuk menangis, padahal Allaah Swt telah menurunkan ayat berikut yang artinya; “ “ “Sesungguhnya mengenai kejadian langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang menjadi bukti atas kekuasan Allaah bagi mereka yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allaah, baik ketika tegak, duduk, dan di saat berbaring, dan mereka memikirkan kejadian langit dan bumi, sahut mereka, ‘Yaa Rab kami, tidaklah Engkau jadikan ini semua sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.” [QS. Ali Imran (3)], ayat 190-191. Lalu beliau bersabda, “Wahai Bilal, tidak ada yang mampu memadamkan api neraka, kecuali air mata, celakalah orang yang membaca ayat ini, namun tidak memikirkan isi kandungannya.”
Demikianlah, ‘Aisyah menceritakan kepribadian Rasulullaah Saw yang senantiasa menjaga diri dengan rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allaah Swt.