Selasa, 10 Februari 2009

Kisah Hikmah

Assalammu’alaikum wr.wb.
Bismillaahir Rohmaanir Rohiim

Kisah tentang isi surat Hasan al-Bashri yang diujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz

> “Sesungguhnya dunia itu negeri perantauan dan bukan negeri yang tetap. Nabi Adam as diturunkan dari surga ke dunia, karena siksaan. Maka takutilah dunia itu, wahai Amirul Mu’minin! Sesungguhnya perbekalan dunia itu mudah lenyap. Kekayaan dunia itu merupakan kemiskinannya. Dunia itu mempunyai pembunuhan. Dunia itu menghina orang yang memuliakannya. Memiskinkan orang yang mengumpulkannya. Dunia itu seperti racun yang diminum oleh orang yang tidak mengenalnya. Di dalamnya ada sesuatu yang mematikannya. Dalam menghadapi dunia itu hendaklah engkau seperti orang yang mengobati lukanya. Ia menjaga yang sedikit, karena takut terhadap yang tidak disukainya pada masa yang panjang. Ia bersabar merasakan pahitnya obat, karena takut lamanya penyakit.”

> “Awaslah akan negeri ini, yang menyalahi janji, yang menipu, yang menyesatkan, yang menghiasi dengan tipuannya dan yang membuat fitnah dengan tipu dayanya. Dunia membuat hal-hal yang sekarang menjadi angan-angan belaka dan membuat untuk masa depan dengan perkataan.. Dunia itu seperti pengantin wanita yang datang kepada suaminya.. Semua mata memandang kepadanya,. Semua jiwa syirik kepadanya, lalu ia tertipu dan durhaka serta lupa akan tempat kembali (hari akhirat). Karena hatinya sibuk dengan dunia, maka tergelincirlah telapak kakinya. Lalu besarlah penyesalannya dan banyaklah kerugiannya. Orang yang gemar pada dunia, tidak akan memperoleh apa yang dicarinya. Tidak akan diperoleh hal yang menyenangkan untuk dirinya setelah susah payah mencarinya . Lalu keluarlah ia tanpa perbekalan, sebagaimana ia datang tanpa persediaan.”

> “Hati-hatilah terhadap dunia, wahai Amirul Mu’minin! Hendaklah ada di antara engkau itu gembira dengan apa yang ada pada engkau!, awasilah diri. Sesungguhnya teman dunia itu, tiap ia tenang dari dunia kepada kegembiraan kegembiraan, niscaya dunia itu menerbitkannya kepada yang disukai. Yang suka pada orang, dunia itu tertipu. Yang bermanfa’at pada dunia itu, menipu dan mendatangkan melarat. Sesungguhnya sampailah kelapangan dari dunia itu dengan bencana. Dan yang kekal dari dunia itu dijadikan kepada kehancuran. Kegembiraan pada dunia itu bercampur baur dengan kesedihan. Tiada kembali daripadanya, apa yang berpaling dan yang membelakangi. Dan tiada diketahui apa yang akan datang, lalu ditungguinya. “
 
> “Cita-cita dunia itu dusta dan angan-angannya itu kosong belaka. Kejerihanya itu keruh, dan kehidupannya itu susah. Dunia berbahaya bagi manusia, kalau ia berakal dan memperhatikan. Maka ia petik hikmah dari bencana itu atau ketakutan. Maka jikalau Kholik tidak membuat suatu contoh perumpamaan bagi dunia, niscaya dunia itu telah membangunkan orang tidur dan memperingatkan orang yang lalai. Bagaimanakah bisa demikian? Sesungguhnya telah datang di dunia dari Allaah seorang pemberi peringatan dan pengajaran. Maka tiadalah dunia itu mempunyai nilai pada sisi Allaah Yang Maha Agung Pujian-Nya. Dan ia tiadalah memandang dari dunia itu, semenjak dijadikan-Nya. Dan sudah ditunjukkan dunia kunci-kunci dan gudang-gudang kepada Nabi anda Saw. Lalu Nabi Saw enggan menerimanya. Karena Beliau Saw tidak suka menyalahi perintah Allaah Swt, atau menyukai yang dibenci oleh Kholiknya, atau meninggikan yang telah direndahkan oleh pemiliknya. Ia singkirkan dunia itu dari orang-orang yang sholeh, sebagai tujuan. Ia bentangkan dunia bagi musuh-musuh-Nya, sebagai tipuan. Lalu disangka oleh orang yang tertipu dengan dunia dan yang menguasai dunia, bahwa ia memperoleh kemuliaan dengan dunia itu. Dan ia lupa apa yang telah diperbuat oleh Allaah Swt dengan Nabi Muhammad Saw ketika ia mengikatkan batu atas perutnya.”

> Telah datang riwayat dari Nabi Muhammad Saw dari Tuhan-Nya (Allaah Swt) ‘Azza Wa Jalla, bahwa Tuhan berfirman kepada Nabi Musa as: “Apabila engkau melihat kekayaan datang kehadapan, maka katakanlah, ‘Selamat datang pertanda orang-orang sholih.’ Dan jika engkau mau, ikutilah Isa Ibnu Mariyam as. Sesungguhnya Nabi Isa as berkata, ‘Santapanku itu ialah lapar, dan pertandaku ialah takut. Pakaianku itu bulu, pemanasan tubuhku pada musim dingin itu adalah berpanas matahari. Lampuku itu bulan, kendaraanku itu kakiku,. Makananku dan buah-buahanku itu, apa yang ditumbuhkan oleh bumi. Aku bermalam dan tidak mempunyai apa-apa. Dan tidak seorang pun di atas bumi, yang lebih kaya daripadaku.”

 

> Orang mu’min itu pemimpin atas dirinya. Sungguh ringanlah amal (hisab) atas suatu kaum yang mengadakan perhitungan atas dirinya sendiri di dunia ini. Dan sesungguhnya sukarlah perhitungan (hisab) pada hari Kiamat atas suatu kaum yang mengambil persoalan ini tanpa muhasabah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar